SONY DSC

Pertama kalinya Fakultas Ekonomi Universitas Tidar melaksanakan seminar nasional dengan tema “Strategi Pengembangan UMKM dan Industri Kreatif Sebagai Mesin Pertumbuhan Ekonomi Indonesia” kegiatan ini menghadirkan pembicara Prof. Dr. Purbayu Budi Santoso, M.S Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro, acara ini juga banyak dihadiri para makalah dari luar Universitas tidar, Prof. Dr Purbayu memaparkan tentang strategi bisnis agar tidak berat sebelah dan tertinggal, semakin majunya dengan pesat perkembangan dunia bisnis di Indonesia, dengan masuknya MEA bagi pengusaha kecil harus bisa lebih berkeratif dan bisa memberi strategi pemasaran agar produknya bisa di kenal dalam pemasara, dengan masuknya MEA di harapkan bisa memacu dan meningkatkan usaha yang sudah ada agar tidak tertingal oleh produk dari luar, kegiatan seminar Nasional dan Call For Pappers Fakultas Ekonomi Universitas Tidar juga menilai para makalah yang di presentasikan untuk mencari Call For Pappers terbaik, Seminar Nasional yang nantinya akan di agendakan tiap Tahun.

SONY DSC

Magelang– pada tanggal 14 September 2016 Dekan Fakultas Ekonomi Prof.Dr Joko Widodo. M.Pd membuka acara seminar Kunjungan Lapangan Kerja Instasi yang diikuti   mahasiswa fakultas ekonomi  semester 3. Seminar tersebut mengangkat tema “ Peran Sektor Pariwisata Terhadap Peningkatan Pendapatan Asli Daerah Serta Dampaknya Bagi Pertumbuhan Daerah” dalam seminar tersebut Anisa Nurul Hikmah sebagai pemateri  pertama menekankan pentingnya sector pariwisata dalam pertumbuhan daerah “Indonesia memiliki beranekaragam budaya dan kesenian tradisional yang memukau dunia, sehingga bermanfaat untuk meningkatkan pendapatan asli daerah” imbuhnya, selain Anisa, Sapta Adhi Kurniawan sebagai pemateri kedua menambahkan bahwa keunikan pariwisata harus diimbangi dengan perbaikan infrastruktur sarana dan prasarana yang baik sehingga Sektor Pariwisata Indonesia dapat bersaing dengan sector pariwisata internasional.

Seminar yang berlangsung selama 2 jam tersebut berlangsung sangat “gayeng” karena disampaikan oleh mahasiswa untuk mahasiswa, diskusi dan Tanya jawab pun menambah hangatnya suasana seminar, tujuan dari seminar ini adalah untuk menambah wawasan mahaiswa mengenai sector pariwisata dan manfaatnya bagi Pendapatan Asli Daerah yang berdampak langsung terhadap  pertumbuhan ekonomi.

Acara seminar KLKI ini menjadi agenda rutin Fakultas Ekonomi setiap tahunya, dimana seminar ini menjadi satu rangkaian dengan acara KLKI yang telah dilaksanakan pada bulan Mei 2016 lalu.

LEAFLET

Basis industri kreatif dan UMKM telah menjadi mesin pertumbuhan dan penciptaan lapangan kerja. Supaya industri kreatif dan UMKM tetap berkembang perlu adanya inovasi-inovasi yang dilakukan sehingga mampu untuk bertahan dan berkompetisi dengan industri-industri lainnya. Melihat potensi yang sangat besar pada pengembangan UMKM dan sektor industri kreatif, maka perlu terus didorong agar UMKM dan industri kreatif semakin terkoneksi, tidak hanya dengan pasar domestik, tapi juga pasar global.

Daya tahan industri kreatif ini telah menginspirasi negara anggota APPF untuk mendorong munculnya inovasi-inovasi baru. Industri kreatif merupakan sumber utama timbulnya ide-ide inovasi untuk terciptanya produk-produk dan pelayanan yang baru. Hal tersebut dibuktikan dengan industri kreatif seperti seni dan kerajinan tangan, buku-buku, desain, film, musik, seni pertunjukan dan visual terus bergerak maju.

Demi mendukung terciptanya inovasi dalam industri kreatif dan UMKM, Fakultas Ekonomi UNIVERSITAS TIDAR mengadakan Seminar Nasional dan Call for Paper dengan Tema “Strategi Pengembangan UMKM dan Industri Kreatif sebagai Mesin Pertumbuhan Ekonomi Indonesia”. Acara diagendakan pada 28 September 2016 di Auditorium UNIVERSITAS TIDAR. Untuk keterangan lebih lanjut dapat menghubungi contact person yang ada pada leaflet.

MAGELANG – Universitas Tidar menggelar seminar nasional bertajuk “Pengelolaan Keuangan Negara Dalam Rangka Mewujudkan Clean Governance dan Optimalisasi Penyerapan Anggaran”, Senin (21/03/2016) di Auditorium Untidar. Pada seminar ini hadir Prof. Dr. H. Jamal Wiwoho, S.H., M. Hum., Inspektural Jenderal (Irjen) Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi dan Dr. Drs. Mahendro Sumardjo, MM., selaku Inspektur Utama Badan Pemeriksa (BPK) RI sebagai pembicara.

Jamal menuturkan bahwa bentuk sinergi pengelolaan keuangan negara di pusat terdiri dari perencanaan anggaran, pelaksanaan serta pelaporan dan pertanggungjawaban APBN. Pihak-pihak yang terlibat diantaranya adalah Pemerintah Pusat (Kementrian Keuangan, Bappenas, K/L); DPR dan DPD; Pemerintah Daerah, BUMN; dan BPK. “Pokok pengelolaan keuangan negara meliputi perencanaan, penganggaran, pelaksanaan anggaran, pengelolaan aset dan utang, pertanggungjawaban pelasanaan APBN dan pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK),” tambahnya.

Melengkapi penjelasan sebelumnya, Mahendro Sumardjo menjelaskan peranan BPK terkait pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara. Tugas dan wewenang BPK diatur secara tegas dalam UU No. 15 Tahun 2004 dan UU No. 15 Tahun 2006. ”Hasil pemeriksaan semester 1 Tahun 2015, BPK menemukan permasalahan yang terdiri dari kelemahan SPI dan ketidak patuhan terhadap ketentuan perundang-undangan yang berpotensi berdampak pada kerugian negara dan kekurangan penerimaan,” jelas Mahendro.

Hampir setiap tahun daya serap anggaran menurun yang disebabkan terlambatnya anggaran, perencanaan dan pengawasan yang kurang serta tidak berani mengambil resiko. Jamal Wiwoho menambahkan bahwa optimalisasi penyerapan anggaran memerlukan beberapa strategi khusus. “Perencanaan yang baik, penguasaan hal yang terkait dengan keuangan, pertimbangan integritas rekanan pada pengadaan, menguasai update soal anggaran dan keuangan negara serta berani mengambil resiko pada putusan yang diambil ditujukan untuk kepentingan umum bukan untuk diri sendiri atau orang lain,” tutur mantan Wakil Rektor II UNS Surakarta yang juga kelahiran Magelang 54 tahun yang lalu.

Selain tema utama, peran dan fungsi SPI terutama di ringkup perguruan tinggi juga diharapkan dapat menjadi “perpanjangan tangan” dari Kemenristek terutama dalam hal pengawasan dan pemeriksaan. “Sebagai perpecahan dari Kemendikbud, kami (Kemenristek) membutuhkan auditor-auditor handal yang direkrut dari SPI. Dari idealnya 100an auditor hingga saat ini baru ada 76 orang auditor yang direkrut dari beberapa perguruan tinggi negeri di seluruh Indonesia,” tutup Jamal.