SONY DSC

Untuk pertama kali fakultas ekonomi melaksankan kegiatan Porsajur (pekan olah raga dan seni antar jurusan), kegiatan yang dilaksanakan pada tanggal 25 – 16 september 2017, yang bertujuan mencari potensi bibit – bibit terpendam  pada mahasiswa, dalam pelaksana posajur mahasiswa bisa mengikuti beberapa perlombaan seperti menyanyi, baca puisi, futsal, tari dan dance.

kegiatan yang dimeriahkan oleh seluruh mahasiswa fakultas ekonomi dari semester 1 sampe sampai semester 5,

dengan diadakan kegiatan ini semoga bisa bekelanjutan kedepannya.

SONY DSC

Kepedulian terhadap pembangunan desa mendorong Prodi Ekonomi Pembangunan Universitas Tidar untuk menyelenggarakan Seminar Nasional yang bertajuk “Optimalisasi Pengelolaan Potensi Sumber Daya Ekonomi Menuju Kemandirian Desa”, yang diselenggarakan pada hari Rabu, tanggal 6 September 2017 di Auditorium Universitas Tidar. Dalam acara Seminar Nasional yang dibuka oleh Dekan Fakultas Ekonomi Prof. Dr. Joko Widodo, M.Pd. menjelaskan bahwa pentingnya pembangunan Desa karena Desa adalah sumber utama kehidupan negeri ini. 350 peserta yang memadati Auditorium Universitas menunjukkan antusiasme pada seminar yang digelar oleh Fakultas Ekonomi Prodi Ekonomi Pembangunan. Dalam seminar kali ini menghadirkan Keynote Speakers Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, S.H., M.IP, dan juga mendatangkan 2 narasumber yang sama-sama mempunyai keahlian dibidang pengembangan potensi wilayah khususnya desa yaitu Narasumber 1 adalah Ir. Sujarwanto Dwiatmoko, M.Si. selaku kepala Bappeda Provinsi Jawa Tengah, dan Narasumber 2 Ir. Agam Marsoyo, M.Sc., Ph.D selaku Dosen Universitas Gadjah Mada dan sebagai Pakar Perencanaan Pembangunan.

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo saat menjadi Keynote Speakers mengajak para peserta Semnas khususnya para mahasiswa/i untuk menghilangkan gengsi dalam membangun desa, karena hal tersebut bisa menguatkan negara dari sisi ekonomi, dan pemberdayaan masyarakat khususnya masyarakat desa. Menurut Gubernur, sekarang ini banyak pemuda yang lebih bangga ketika lulus dari Perguruan Tinggi menjadi buruh dikota dari pada membangun desanya. Bahkan ada yang rela meninggalkan negerinya untuk menjadi tenaga kerja diluar negeri. Dengan angka pengangguran saat ini yang mencapai 4 juta jiwa, dianggap hal tersebut sangat mengerikan. Ditengah tengah diskusi dalam Semnas tersebut Gubernur Jateng Ganjar Pranowo meminta Universitas Tidar membuat MoU untuk membantu program pemerintah dalam mengentaskan kemisikinan didesa, dengan melakukan pengabdian pada masyarakat baik yang bersifat KKN Tematik berkelanjutan dan juga terukur. Serta melakukan inovasi untuk pembangunan desa yang dimotori oleh akademisi (Dosen dan Mahasiswa).

Dengan jumlah desa sebesar 7809 desa yang ada di Jawa Tengah, saat ini program optimalisasi desa dirasa masih belum maksimal. Dengan misi OVOP (One Village One Product) yang diusung oleh pemerintah dengan menduplikasi program dari Negeri Sakura Jepang diharapkan bisa membantu mengurangi angka kemiskinan di desa yang ada di Jawa Tengah.

Hal tersebut dibenarkan oleh Narasumber 1 Ir. Sujarwanto Dwiatmoko, M.Si. dalam menjalankan misi Jawa Tengah untuk membangun Jateng berbasis Trisakti Bung Karno-Berdaulat dibidang Politik, Berdikari dibidang Ekonomi, dan berkepribadian dibidang kebudayaan. Dalam penjelasannya dikatakan bahwa pengelolaan sumber daya ekonomi unggulan ada di masing-masing kabupaten/kota dioptimalkan melalui sinergitas pelaksanaan kegiatan baik tingkat pusat, provinsi dan kabupaten/kota yang bertujuan pada upaya kemandirian desa. Dalam pelaksanaan pembangunan menuju kemandirian desa diperlukan perencanaan dan koordinasi yang baik lintas sektor sehingga target pada indikator kinerja pembangunan dapat tercapai secara maksimal. Upaya capaian keberhasilan PSN (Proyek Strategis Nasional) dan program-program unggulan diharapkan dapat menjadi penghela pertumbuhan perekonomian wilayah lintas kabupaten/kota di Jawa Tengah. Keberhasilan pengelolaan potensi ekonomi menuju kemandirian desa dapat berdampak langsung pada kinerja penurunan angka kemiskinan, tingkat pengangguran terbuka, serta kesenjangan pendapatan antar golongan dan antar wilayah. Masih perlunya keterlibatan aktif lintas stakeholder di masing-masing kabupaten/kota (Perguruan Tinggi, asosiasi usaha, pelaku usaha, dan masyarakat umum) dalam mensinergikan hasil pembangunan yang telah dicapai bagi peningkatan perekonomian lokal di Jawa Tengah.

Dalam paparan yang disampaikan oleh Ir. Agam Marsoyo, M.Sc., Ph.D, menyebutkan bahwa isu-isu pembangunan desa menuju desa mandiri harus berdasarkan pada pijakan terhadap isu pembangunan, isu teritori dan fungsional. Karena saat ini kehidupan desa sedang mengalami masa transformasi yang tidak dapat dicegah dari kehidupan desa tradisional kearah desa modern. Perubahan perdesaan menjadi desa mandiri harus bisa berfokus pada kekuatan misal keunikan dari desa itu sendiri daripada harus berkonsentrasi pada kelemahan secara umum. Serta berani melakukan perubahan dengan tidak bergantung pada tengkulak untuk menjual produknya, serta peningkatan kuantitas dan kualitas komoditas desa perlu dilengkapi dengan upaya pemasaran yang adil dan berimbang. Serta mulai keluar dari zona nyaman dan penyakit masyarakat kota (pergaulan bebas, narkoba, miras, korupsi, penipuan, dsb).

Dengan diselenggarakan Seminar Nasional yang bertemakan Optimalisasi Pengelolaan Sumber Daya Ekonomi Menuju Kemandirian Desa dapat menjawab segala permasalahan yang menjadi penghambat untuk membangun desa yang mandiri.